Tampilkan postingan dengan label kanker serviks. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kanker serviks. Tampilkan semua postingan

21 Desember 2017

BNI Ajak Perempuan Indonesia Cegah Kanker Serviks

Dalam rangka memperingati Hari Ibu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) bekerjasama dengan Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) serta Bracelet of HOPE mengajak wanita Indonesia untuk terus peduli terhadap ancaman bahaya kanker serviks dan bertindak proaktif mencegah penyebaran penyakit tersebut.

Langkah ini dilakukan dengan menggelar program edukasi berupa talkshow dan workshop  dengan menghadirkan pembicara dari dokter ahli dan Duta Cegah Kanker Serviks.

Workshop tersebut dilaksanakan di Kantor Pusat BNI, Kamis (21/12) sebagai bagian utama dari acara BNI Mother’s Day, Incredible Beauty Unlimited atau seiring dengan peringatan Hari Ibu.

Hadir pada kesempatan ini Direktur Hubungan Kelembagaan & Transaksional Perbankan BNI Adi Sulistyowati, Duta Cegah Kanker Serviks Wulan Guritno, dr Toto Imam Soeparmo sebagai dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Janna Soekasah selaku penggagas Bracelet of Hope dan Endang Widadi, survivorv kanker serviks. Acara ini dihadiri 250 orang staf perempuan BNI.

Adi Sulistyowati mengungkapkan, perhatian BNI terhadap pogram-program pencegahan kanker serviks ini diharapkan dapat membuka mata masyarakat akan pentingnya memahami penanggulangan bahaya kanker serviks.

"Kami berharap workshop ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengetahui bahayanya Kanker Serviks. Pengunjung dapat memanfaatkan adanya penawaran gratis pemeriksaan pap smear bagi 50 orang pertama yang mendaftar," ujarnya.

Acara utama lainnya pada BNI Mother’s Day kali ini adalah dibukanya Donasi Gelang HOPE & KICKS. Sebanyak 2.000 gelang disiapkan BNI bekerjasama dengan KICKS dan Bracelet of HOPE, untuk dijual kepada masyarakat yang hasilnya disalurkan untuk membantu Kampanye Pencegahan Kanker Serviks di Indonesia.

BNI Mother’s Day digelar dua hari, yaitu pada 21 – 22 Desember 2017. Berbagai penawaran menarik dapat dinikmati para perempuan antara lain, Pemeriksaan Pap Smear gratis untuk 50 orang pertama, Promo menarik untuk paket imunisasi vaksin anti kanker serviks, fashion show, beauty class,hingga live music.

BNI Mother’s Day juga diwarnai kegiatan mengumpulkan buku-buku dari segenap staf BNI, buku-buku ini akan disumbangkan untuk memenuhi Kapal Belajar yang menjadi Perpustakaan Terapung bagi warga di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara.

Adi Sulistyowati menegaskan, BNI memberikan perhatian serius pada pencegahan penyakit ini, apalagi sebagian besar dari pegawai BNI adalah perempuan, yaitu sebanyak 14.499 pegawai (52,3% total pegawai BNI).

“Hal ini menjadi pemikiran yang sangat penting bagi kami bahwa kesehatan perempuan menjadi salah satu syarat penting untuk meningkatkan produktivitas dan performance BNI,” ujarnya.suaramerdeka

23 Agustus 2017

'Kampanye' Bahaya Kanker Serviks Selebriti di Media Sosial

Bahaya kanker serviks bisa mengintai perempuan manapun. Sayangnya, kesadaran akan ancaman kanker serviks yang merenggut nyawa Julia Perez ini masih rendah. 

Padahal, menurut data Globocan pada 2012, tiap harinya ada 26 perempuan Indonesia yang meninggal akibat kanker serviks. Mereka juga memprediksi, tiap harinya bermunculan 58 kasus baru. 

Oleh karena itu, Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) menunjuk duta kanker serviks dengan harapan mereka dapat menjadi wajah dan juru bicara untuk membantu edukasi dan sosialisasi tentang kanker serviks di media sosial. Edukasi dan sosialisasi ini merupakan bagian dari kampanye publik #CegahKankerServiks.

"Hitungan kami (ada) 36 orang yang meninggal setiap hari. Pencegahan perlu disosialisasikan. Mudah mudahan bisa bersama-sama KICKS, kami, yayasan kanker seluruh Indonesia (bahaya, serta pencegahan kanker serviks) bisa disosialisasikan," ujar salah satu penggagas KICKS sekaligus Ketua Umum Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia, Andrijono saat konferensi pers di kawasan Jakarta Pusat. 

KICKS menggandeng artis Wulan Guritno, pasangan artis Ruben Onsu dan Sarwendah, aktris Prilly Latuconsina, Dewi Sandra serta para finalis Puteri Indonesia 2017 sebagai duta kanker serviks. 

Prilly Latuconsina yang turut hadir mengatakan bahwa dirinya senang dan bersyukur bisa menjadi duta kanker serviks. Menurutnya banyak remaja di usianya begitu menyepelekan penyakit tersebut.

"Jadi duta, bisa mengingatkan, enggak boleh menggampangkan penyakit. Baru tahu kalau bisa dicegah (dengan) deteksi dini dan vaksin," ujarnya.

Sementara itu Ruben mengatakan bahwa kepedulian terhadap kanker serviks tidak hanya datang dari kaum perempuan, kaum laki-laki juga harus memberikan perhatian. 

"Peduli enggak hanya (dilakukan oleh) kaum perempuan, tapi juga kaum pria. Ada baiknya dicegah. Yang sudah punya istri, support suami itu penting. Kalau yang belum menikah, bisa support keluarganya atau teman-teman dekat," kata ayah dari Thalia Putri Onsu ini. 

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia (YKI) DKI Jakarta, Venita menuturkan, alasan di balik terpilihnya nama-nama selebritis ini adalah mereka mampu mewakili beragam segmen usia. Wulan mewakili segmen ibu-ibu, Prilly dari segmen usia remaja, sedangkan pasangan Ruben-Sarwendah mewakili keluarga muda.

"Segmen mereka berbeda (agar) segenap lapisan masyarakat punya pemahaman yang baik. Mereka juga sosok yang positif, face yang positif. Saya yakin mereka dapat berkampanye dengan sangat baik," katanya. 

Semua Mulai dari Diri Sendiri

Sebagai duta kanker serviks, para selebriti ini mestinya akan mengkampanyekan soal kanker serviks. Wulan mengakui bahwa hal ini memang harus dimulai dari diri sendiri. Ia pun menulari kesadaran soal bahaya kanker serviks pada keluarga juga puterinya, Syaloom Syach Razadee.

"Pakai sosmed, sosialisasikan hal-hal ini (tentang kanker serviks). Sepeti apa si suntik serviks (diunggah) di Instagram story. Apa itu vaksin serviks, pentingnya kenapa," kata Wulan. 

Senada dengan Wulan, Sarwendah juga sudah melakukan suntik anti kanker sebanyak dua kali sebelum menikah. Kendati terpaksa berhenti karena mengandung sang buah hati, ia pun kembali melakukan suntik anti kanker setelah melahirkan. 

"(Menurut saya) Penting enggak penting tapi bahaya. Kenapa enggak kita mencegah kanker sejak dini, mulai usia sembilan tahun bisa suntik vaksin. Lebih baik mencegah daripada mengobati," katanya.cnn

20 Juni 2017

Minum Es Saat Haid Sebabkan Kanker Serviks, Hoaks atau Fakta?

Belakangan ini, beredar pesan berantai seputar penyebab kanker serviks yang sulit dipertanggungjawabkan kebenarannnya. Pesan itu juga sempat menyebar tahun 2014. Saat itu, beredar melalui aplikasi pesan di BlackBerry Messengers (BBM). Kini, berwujud melalui Whatsapp Group (WAG), telegram, dan sejumlah aplikasi pesan lainnya berbasis android.

Kabar tanpa dasar itu membuat khawatir kaum perempuan. Pesan siaran tersebut berisi semacam imbauan dan larangan untuk mengonsumsi air dingin (air es), minuman bersoda, dan air kelapa saat datang bulan (haid).

Selain itu, juga dilarang mengonsumsi mentimun karena terindikasi getahnya mampu menyebabkan haid yang tersisa di dinding rahim. Lebih aneh lagi, perempuan juga tak boleh terbentur, terjatuh, hingga terpukul benda keras, terutama bagian perut.

Menurut pesan berantai yang disebut-sebut dari Lembaga Penyuluh Kanker Indonesia (LPKI) itu, hal demikian bisa menyebabkan muntah darah dan rahim terluka. Pada akhirnya, semuanya dikatakan bisa menyebabkan kista dan kanker rahim.

Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kotawaringin Barat Dokter Fachrudin mengatakan, pesan tersebut tidak benar. Kanker serviks tidak ada hubungan langsung dengan minuman dan aktivitas tertentu yang menyebabkan perut terpukul atau sejenisnya.

”Hoaks itu (pesan berantai penyebab kanker serviks). Sudah lama beredar. Seingat saya tahun 2014 lalu sudah mulai muncul, namun hilang. Kini kembali menyebar. Mungkin karena kasus kematian artis itu (Julia Perez, Red),” ujarnya, Sabtu (17/6).

Dia menjelaskan, kanker serviks secara umum disebabkan human papilloma virus atau HPV. Virus inilah yang mengganggu sel-sel leher rahim agar bisa berfungsi secara normal dan akhirnya bisa memicu kanker. HPV sangat umum ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menjadi penyebab munculnya kanker serviks.

”Sampai sekarang, diduga banyak perempuan tidak menyadari telah terinfeksi, karena HPV penyebab kanker serviks sering tidak menimbulkan gejala. Penting disadari, bahwa infeksi ini sering terjadi dan kadang tidak menyebabkan kanker,” ujarnya.

Peluang tinggi masuknya HPV ke tubuh, lanjutnya, juga karena perilaku sering berganti-ganti pasangan. Tidak hanya bagi perempuan, namun bagi lelaki. Terutama yang telah menikah dan masih sering gonti-ganti pasangan yang juga bisa menjadi media pembawa HPV.

”Bagi perempuan yang sudah menikah, terkadang bisa tertular juga bila suaminya (meski tidak banyak) sering ‘jajan’ dengan main di luar. Risikonya cukup tinggi, karena mereka kan tidak tahu kondisi kesehatan lawan main itu seperti apa. Bahkan, tidak hanya kanker serviks, HIV/AIDS juga mengancam,” katanya.

Menurutnya, upaya pencegahan dinilai lebih baik. Misalnya, dengan menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan harus ditindaklanjuti dengan krioterapi jika ditemukan IVA positif. Pengobatan ketika sel-sel masih dalam tahap pra-kanker bisa dilakukan agar risiko terkena kanker serviks bisa berkurang.

Dia menambahkan, pemerintah juga tengah mengampanyekan vaksin human papiloma virus (HPV) kepada siswi sekolah dasar di beberapa daerah. Vaksin HPV dianggap cukup efektif mencegah perempuan terserang HPV yang akan berlanjut pada kanker serviks.

Dari penjelasan Dokter Fachrudin tersebut, bisa disimpulkan bahwa pesan berantai mengenai penyebab kanker serviks yang belakangan ini menyebar luas merupakan hoaks belaka.sumber:prokal

Pria dalam Pusaran HPV dan Kanker Serviks

Memang kanker serviks hanya menyerang perempuan, karena yang punya serviks hanya perempuan. Namun perpindahan human papillomavirus (HPV) melibatkan hubungan seksual. Maka pria pun dapat menjadi tertular maupun penular.

Bahkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular di Amerika Serikat (CDC) menyebut HPV sebagai salah satu penyakit menular seksual yang lumrah.

Tentu lumrah tak berarti boleh diabaikan. Pada perempuan, jelas masalahnya. Kanker serviks dapat berujung maut -- misalnya dalam kasus aktris Julia Perez, yang diduga bersumber dari suami (Intisari, 10/6/2017).

Kalau terhadap pria bagaimana? Belum tentu efeknya terlihat. Namun beberapa gejala dapat ditengarai. Misalnya berupa kutil pada zakar. Si pria perlu segera memeriksakan diri ke dokter, apalagi jika kutil dan sejenisnya juga tumbuh di bagian lain di kawasan kemaluan.

HPV dalam diri pria dianggap berbahaya karena dapat memengaruhi kondisi tubuh sehingga berkemungkinan mempersilakan kanker jenis lain untuk tumbuh.

CDC juga menyarankan vaksinasi HPV untuk pria maupun perempuan berusia antara 11-12 tahun. Vaksin susulan disarankan dilakukan kepada pria berusia 21 tahun dan perempuan 26 tahun.

Pria dan perempuan harus sama-sama peduli HPV. Itulah yang utama. Seorang pria Jakarta, sebut saja Nelson (34), kini sudah waspada HPV setelah perempuan kekasihnya, yang kemudian jadi mantan, melakukan tes pap smear tiga tahun lalu (The Jakarta Post, 15/6/2017).sumber:beritagar

12 Juni 2017

Cegah Kanker Serviks, Vaksinasi HPV Perlu Jadi Program Nasional

Bukan hanya Julia Perez, data GLOBOCAN 2012 memprediksi ada 38 kasus baru kanker serviks yang terjadi setiap hari di Indonesia. Dengan 70 persen diketahui sudah stadium lanjut (<IIB).

Demi menekan jumlah wanita yang mengidap kanker serviks, inisiator Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) Prof dr Andrijono SpOG (K) menyarankan pemerintah agar vaksinasi HPV pada siswi kelas 5 SD segera menjadi program nasional.

"Kanker serviks kan sudah ada vaksinnya, kalau bisa dicegah ya kenapa tidak dicegah," kata kata Andrijono, Senin (12/6/2017).

Saat ini program pemberian vaksin HPV pada siswi SD baru dilakukan di Provinsi DKI Jakarta. Segera menyusul kota lain, yakni Yogyakarta, Surabaya, dan Manado.

"Anak umur 9-14 tahun daya imunnya masih bagus banget. Dengan dosis dua kali suntik, vaksin HPV bisa melindungi mereka dari kanker serviks sampai 70 persen sekitar 17 tahun ke depan," kata Andrijono.

Menurutnya, jika pemerintah membeli vaksin HPV sebagai program nasional untuk anak kelas 5 SD berjumlah sekitar 2 juta siswi, tentu harganya lebih murah.

"Mungkin bisa sekitar 6 dolar. Berarti kalau dua kali suntik sekitar 12 dolar tinggal dikalikan 2 juta siswi," dia menambahkan.

Beda halnya bila seseorang sudah terkena kanker serviks, biaya yang dikeluarkan pemerintah lebih besar. Belum lagi, keluarga pasien kanker serviks jadi tidak bekerja karena anak atau suami harus menunggu ibu atau istri yang sakit.

"Coba dihitung, dengan program nasional vaksin HPV kita jadi lebih ngirit," katanya.sumber:liputan6

10 Juni 2017

Mana Lebih Mematikan, Kanker Serviks Jupe atau Kanker Payudara Yana Zein?

Dalam kurun waktu berdekatan, dua artis Tanah Air meninggal dunia akibat kanker. Yana Zein meninggal dunia akibat kanker payudara di di RS Mayapada, Kamis (1/6/2017). Sedangkan Julia Perez meninggal dunia akibat kanker serviks di RSCM Sabtu (10/6/2017). Nah mana yang lebih mematikan, kanker payudara atau kanker serviks?   

Menurut data data World Health Organization (WHO), Indonesia ditempatkan sebagai negara dengan jumlah kanker serviks tertinggi di dunia pada tahun 2016. Setiap tahun ada sekitar 15 ribu kasus baru kanker serviks di Indonesia. Kanker ini bahkan disebut menduduki peringkat pertama sebagai kanker pembunuh wanita di Indonesia. Meski demikian, soal jumlah, penderita kanker serviks masih kalah jumlah dibanding kanker payudara, yang juga tak kalah mematikannya.

Tercatat pada tahun 2016 ada 61 ribu penderita baru kanker payudara. Kasus baru kanker payudara menjadi kasus kematian tertinggi dengan angka 21,5 pada setiap 100.000. Lebih memprihatinkan, 70 persen pasien kanker payudara baru datang ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut.

Jadi, lebih mematikan mana, kanker payudara atau kanker serviks?

Seorang dokter dari Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), Dradjat Suardi pada tahun 2011 silam pernah menjelaskan tentang beberapa faktor risiko kanker di Indonesia. Pertama, menstruasi wanita di negara berkembang relative lebih cepat dibandingkan negara lain. Kedua, menopause lebih lambat. Ketiga, wanita usia menopause kini cenderung berusaha memperlambat proses alamiah itu demi kecantikan. Keempat, jumlah anak sedikit menyebabkan paparan terhadap hormon esterogen lebi panjang jadi risiko menjadi lebi besar. Kelima, terdapat faktor internal dan eksternal serta paparan zat kimia pada makanan dan sebagainya. Jadi, keduanya, baik kanker serviks maupun kanker payudara memiliki kemungkinan yang sama untuk membunuh penderitanya. Saat ini memang kanker payudara masih merupakan pembunuh wanita nomor satu di Indonesia disusul kanker serviks.

Pencegahan
Sebenarnya, kanker payudara bisa dicegah dengan dua cara, yaitu primer dan sekunder. Pencegahan primer dengan vaksin, dan sekunder dengan skrining, seperti yang dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K)., yang menjabat sebagai Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI).

Sementara itu, kanker serviks stadium awal tak selalu membuat penderitanya merasa sakit, bahkan hingga pada stadium tertentu, seperti yang dijelaskan dalam EmedicineHealth. Gejala yang umum terjadi adalah adanya pendarahan dari vagina yang tak normal, yang lebih deras daripada keluarnya darah menstruasi.

Pengobatan kanker serviks tergantung pada beberapa faktor seperti stadium kanker, jenis kanker, usia pasien, rencana kehamilan, atau kondisi medis lain yang sedang dihadapi. Jenis penanganan kanker menurut stadium ada dua, yaitu penanganan tahap awal yaitu dengan pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim, radioterapi, atau keduanya.

Yang kedua, adalah penanganan kanker serviks stadium akhir dengan radioterapi dan atau kemoterapi, dan terkadang juga operasi lain yang dibutuhkan. Pengobatan kemoterapi sendiri bisa digabung dengan radioterapi pada kanker stadium akhir. Proses kemoterapi dilakukan untuk memperlambat penyebaran dan mengurangi gejala yang muncul.

Berbeda dengan radioterapi atau operasi yang berdampak pada bagian tertentu saja, kemoterapi akan berdampak pada seluruh tubuh. Obat yang digunakan dalam kemoterapi akan mengincar sel yang tumbuh dengan cepat, terutama sel kanker. Namun, sel sehat pun juga bisa terpengaruh oleh kemoterapi.

Pada stadium akhir, pengobatan kanker serviks akan menimbulkan berbagai komplikasi, bahkan sel kanker yang menyerang leher rahim bisa menyerang ke organ tubuh lain. Apabila sudah ada komplikasi dan penyebaran, tentu saja penanganan kanker serviks akan lebih kompleks.

Menurut Prof. Andrijono, kanker serviks sendiri kurang respon dengan kemoterapi. “Pada kanker serviks, kemoterapi hanya untuk pilihan kedua atau alternatif. Terapi utamanya operasi atau radiasi,” jelasnya.

Kemoterapi pada stadium akhir kanker serviks justru akan menimbulkan kemungkinan komplikasi lain dan memperburuk kondisi pasien. Maka, seperti yang dijelaskan oleh Prof. Andrijono, terapi yang dilakukan adalah radiasi atau operasi, untuk mengurangi gejala kanker dan penyebaran sel kanker yang mungkin sudah menyebar ke organ tubuh lain.

Kanker serviks adalah penyakit yang mematikan, apabila tak ditangani sejak dini. Maka, cara yang paling baik adalah sedini mungkin mencegah dan mendeteksi adanya kanker. Jangan abaikan vaksin HPV, dan juga skrining bagi perempuan yang sudah menikah.sumber:tribunnews

Kanker Serviks Membunuh Perempuan Indonesia Setiap Satu Jam

Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) menilai kanker serviks yang menyebabkan kematian artis dan penyanyi Yuli Rachmawati atau Julia Perez (Jupe) masih menjadi momok bagi perempuan. Saat ini, kata dia, kanker serviks menjadi pembunuh utama perempuan di seluruh dunia, terutama di negara miskin dan berkembang.

"Di Indonesia, kanker serviks menjadi salah satu kanker penyebab kematian paling banyak ketiga," kata inisiator KICKS Prof dr Andrijono SpOG(K) melalui siaran pers di Jakarta, Sabtu (10/6).

Menurut data Globocan yang dirilis WHO/ICO Information Centre on HPV and Cervical Cancer pada 2012, terdapat satu wanita Indonesia meninggal dalam satu jam setiap hari karena kanker serviks. Diprediksi terdapat 58 kasus baru setiap hari.

Andrijono mengatakan, perempuan Indonesia saat ini pada situasi genting terkena kanker serviks. Karena itu, pencegahan dan deteksi melalui skrining dan vaksinasi lebih baik dilakukan sejak dini daripada pengobatan. "Saat ini program pemberian vaksin HPV baru dilakukan di DKI Jakarta dan segera menyusul kota lain Yogyakarta, Surabaya dan Manado," jelas Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) itu.

Andrijono berharap pemerintah segera menjadikan program vaksinasi HPV berlaku secara nasional agar tidak semakin banyak perempuan Indonesia lain yang menjadi korban. "Kematian Jupe sangat bisa jadi momentum untuk mendorong program nasional vaksin HPV sebagai salah satu cara paling efektif mencegah kanker serviks," katanya.sumber:republika

Menelusuri Rekam Jejak Perjuangan Julia Perez Melawan Kanker Serviks

Artis peran yang juga penyanyi dangdut Julia Perez alias Jupe meninggal dunia dalam usia 36 tahun.

Wanita bernama lahir Julia Rahmawati itu tutup usia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Sabtu (10/6/2017).

Pedangdut yang dikenal namanya berkat lagu "Belah Duren" itu meninggal setelah berjuang melawan penyakit kanker serviks yang diderita sejak November 2014 lalu.

Sebelum tutup usia, kondisi kesehatan Jupe mulai menurun setelah tiga tahun mengidap kanker serviks, tepatnya pada 19 April 2017.

Pada saat itu Jupe harus menggunakan selang sebagai medium penghantar nutrisi yang dibutuhkan tubuhnya dan menjalani cuci darah. Padahal tiga bulan sebelumnya, usai berobat ke Singapura, Jupe sempat dinyatakan sembuh dari kanker.

Jupe telah berjuang dengan sisa-sisa tenaga dan semangatnya. Namun, Tuhan berkehendak lain, kabar duka kepergiannya memecah keceriaan ketika sang adik Nia Anggia mengunggah foto Jupe yang telah memejamkan mata pada jelang Sabtu siang tadi.

"Innalilahiwainailahirojiun telah berpulang kakak kami tercinta Julia Perez. Minta doanya ya semua, terimakasih semu atas supportnya selama ini, I LOVE YOU YULI," tulis Nia melengkapi keterangan foto yang diunggahnya.

Sebelum tutup usia, kondisi Jupe kerap naik turun. Terkadang dia stabil, namun kerap mencemaskan. Bahkan pada Kamis (8/6/2017) lalu Jupe baru saja menjalani operasi pada organ pencernaannya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Nia menjelaskan bahwa Jupe dioperasi karena organ pencernaannya diduga lengket sebagai efek radiasi untuk pengobatan kankernya.

Operasi ini bukan yang kali pertama bagi si pelantun "Aku Rapopo". Dia pernah menjalani operasi pada Jumat (19/5/2017).

Pembawa acara Ruben Onsu (33) mengabarkan hal itu melalui cuplikan video berdurasi 27 detik yang diunggahnya ke akun Instagram-nya, @ruben_onsu.

Pada video itu terlihat Jupe sedang terbaring di tempat tidur rumah sakit dengan wajahnya ditutupi kain merah.

Pada Senin lalu (15/5/2017) di RSCM, pihak keluarga Jupe memberi informasi kepada para wartawan tentang kondisi terkini Jupe.

Diterangkan oleh pihak keluarganya, Jupe telah menjalani pemeriksaan aktivitas otak dengan Electro Encephalo Graphy (EEG) pada 5 Mei 2017. Hasilnya menunjukkan tingkat kesadaran Jupe kurang.

Diterangkan pula, Jupe mengalami pembekuan darah pada kandung kemihnya, sehingga ia sulit buang air kecil.

Selain keluar masuk ruang operasi, Jupe juga kerap membutuhkan cuci darah untuk memperbaiki fungsi ginjalnya yang mengalami kerusakan akibat obat yang ia konsumsi selama ini.

Tiga hari lalu Ruben mengunggah foto formulir permintaan dropping darah dari Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), tempat Jupe dirawat karena menderita penyakit kanker serviks stadium empat.

Di bawah foto itu, suami vokalis Sarwendah Tan atau Wenda itu menambahkan keterangan.

"Dibutuhkan donor darah A+ kondisi badan harus fit, pendonor cewek tidak boleh yang sedang datang bulan," tulis Ruben pada Rabu (7/6/2017).

Ruben menambahkan bahwa darah A+ dibutuhkan segera oleh pemain film Gending Sriwijaya itu.

"URGENT, langsung datang aja ke PMI Senen, alamat : PMI Kramat Senen Jalan Kramat Raya no: 47, Kramat, Senen, Jakarta Pusat. Jangan lupa tunjukin form ini pada saat di PMI ( Julia Perez). Bantu broadcast," tulis Ruben lagi.

Kini perjuangan Jupe melawan kanker serviks yang dideritanya telah usai. Doa dari sahabat dan keluarga pun dipanjatkan.

"Selamat Jalan sahabat, terima kasih buat semua kenangan indah kita dan lo harus ingat GW SAYANGLO BANGET," ujar Ruben dalam akun Instagramnya, Sabtu ini.sumber:kompas

2 Juni 2017

Seks di Usia Muda Beresiko Lebih Besar Terkena Kanker Serviks

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam British Journal of Cancer menyatakan perempuan yang melakukan hubungan seks di usia muda berisiko dua kali lebih besar terserang penyakit kanker serviks. Apa penyebabnya?

Di Inggirs, seorang perempuan tidak dapat mengikuti program screening dari NHS sebelum menginjak usia 25 tahun. Kanker serviks atau yang juga dikenal dengan nama kanker mulut rahim merupakan hal yang jarang terjadi di Inggris. Namun, 2007 lalu, 2.800 kasus kanker serviks terjadi di Inggris, itu sebabnya pemerintah di Inggris sangat ketat terhadap program screening tersebut.

Dr Silvia Francheschi, orang yang memimpin studi tersebut mengatakan perempuan yang melalukan hubungan seks di awal usia 20 tahun, berisiko terserang kanker serviks dibanding dengan mereka yang melakukannya di usia 25 tahun.

Dalam penelitian yang mereka lakukan, perempuan dengan keadaan ekonomi kurang baik cenderung melakukan hubungan seks 4 tahun lebih awal dari usia seharusnya. Faktornya banyak, misal dipaksa nikah oleh orang tuanya. Itu sebabnya, kebanyakan dari mereka terinfeksi virus HPV.

Virus HPV merupakan salah satu penyakit menular seksual yang paling umum. Virus tersebut menyebabkan tumbuhnya kutil di kelamin dan berbagai bagian tubuh lain. "Mereka yang terinfeksi kerap tidak sadar, sehingga membuat virus dapat berkembang biak dan tumbuh di dalamnya. Risiko terserang kanker serviks pun lebih besar.” kata Dr Francheschi. 

Di Inggris, perempuan berusia 25 hingga 49 tahun melakukan sedikitya 3 kali pengecekan untuk mengetahui ada tidaknya kanker atau virus lain yang hinggap di tubuhnya. Sementara perempuan berusia 50 hingga 64 tahun melakukan pengecekan sebanyak 5 kali dalam satu tahun. 

Di sisi lain, Dr Lesley Walker mengatakan bahwa hasil penelitian Dr Francheschi itu seharusnya menyadarkan banyak pihak akan pentingnya vaksinasi. Vaksinasi untuk mencegah HPV itu seharusnya diberikan sejak usia dini. "Bahkan jauh sebelum para perempuan melakukan hubungan seks, terutama bagi perempuan yang tinggal di daerah rawan,” kata Lesley. Ini tentu saja untuk mencegah munculnya kanker serviks.sumber:tempo

73 Persen Penderita Kanker Serviks ke RS setelah Stadium Lanjut

Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Kanker serviks menjadi kanker nomor 2 terbanyak pada perempuan di Indonesia, setelah kanker payudara. Penyebabnya, infeksi HPV (Human Papilloma Virus).

Dokter Spesialis Ongkologi Ginekologi Prof. Dr. dr. Andrijono SpOG(K) mengatakan, sekitar 73,50 persen penderita kanker serviks yang datang berobat sudah berada pada stadium lanjut. "Sudah stadium dua ke atas," kata Andrijono dalam diskusi media di Jakarta, Selasa, 11 April 2017.

Andrijono menjelaskan, penderita kanker serviks yang sudah berada di stadium lanjut, pengobatannya sudah tidak bisa dioperasi. "Pengobatannya hanya disinar atau kemoterapi," ujarnya.

Menurut Andrijono, pengobatan dengan operasi hanya untuk penderita kanker serviks yang masih stadium satu. "Kalau masih stadium satu dan dilakukan operasi, penyembuhannya bisa mencapai 80 persen. Tapi, kalau stadium lanjut dengan disinar atau kemo hanya 6 persen angka kesembuhannya," kata dia.

Melalui skrining, kanker serviks ditemukan pada 1 dari 1.000 perempuan. Angka kematiannya pun diperkirakan satu orang setiap satu jam.

"Data RSCM, dari 73 persen penderita kanker serviks yang stadium lanjut, hanya tersisa 6 persen pada dua tahun berikutnya. Rata-rata meninggal sebelum dua tahun," ujarnya.sumber:tempo

30 Mei 2017

Remaja Hamil Berisiko Terkena Kanker Serviks

Ketika para remaja berusia di bawah 20 tahun hamil, hal tersebut sangat rentan sekali terkena kanker serviks atau biasa dikenal dengan sebutan kanker mulut rahim, mengapa?

Menurut Dr. Eni Gustina, MPH Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan saat ditemui di kantor Kementerian Kesehatan RI, pola ketika remaja, sangat berisiko lebih besar meninggal karena hamil di bawah usia 20 tahun. Hal ini berubah, karena biasanya kematian para ibu dan anak berada pada usia 35 tahun ke atas.

“Sekarang menjadi berubah pada umur muda. Mengapa? Karena, anak – anak di bawah 20 tahun ini rahimnya belum matang saat dia hamil. Serviksnya sedang bertumbuh, rahim belum matang,” papar Dr. Eni Gustina, MPH Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan saat ditemui di kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Jumat (25/07/2017).

Masih menurutnya, dengan begitu, risiko mulut rahim terkena kanker serviks sangat besar terjadi. Hal ini yang harus dimengerti oleh para anak muda saat ini. Tidak hanya untuk para wanita, tetapi juga para pria yang sudah mengalami masa pubertas.

“Ketika pria sudah memproduksi sperma dan wanita mengalami haid atau menstruasi, ini harus diperhatikan bahwa keduanya bisa mengakibatkan kehamilan,” tambahnya.yangmuda

284 Perempuan Jambi Positif Kanker Serviks

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jambi mencatat 284 perempuan terdeteksi positif kanker serviks setelah melalui pemeriksaan Inveksi Visual Asam (IVA) yang dilakukan dalam kurun waktu 2016-2017 di daerah itu.

"Dari 8.525 wanita menikah dengan usia subur atau rentang 30-50 tahun yang diperiksa melalui deteksi dini kanker mulut rahim (serviks) di antaranya 284 positif," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Provinsi Jambi Eva Susanti di Jambi, Senin (29/5/2017).

Setelah melalui pemeriksaan IVA untuk mendeteksi dini kanker servik tersebut, kata dia rata-rata yang positif itu masih stadium satu hingga dua atau masih pra kanker dan masih dapat disembuhkan.

"Jika kita melihat data memang masih cukup tinggi, sehingga kita imbau dan diharapkan perempuan di Jambi dapat memeriksakan sedini mungkin, karena mendeteksi lebih awal akan lebih baik," katanya menjelaskan.

Pada pemeriksaan IVA tersebut dilakukan pada 194 puskesmas yang tersebar seluruh wilayah kecamatan di daerah yang dilakukan pada 2016 hingga April 2017 dengan target 155.389 sasaran wanita subur.

Dari perempuan yang positif IVA kanker serviks itu yang paling banyak terdapat di Kota Jambi dengan 102 orang positif yang kemudian Kabupaten Merangin dengan 50 orang positif kemudian diikuti masing-masing daerah dengan rata-rata puluhan yang positif.

Eva mengatakan pemeriksaan kanker mulut rahim atau Inveksi Visual Asam (IVA) tes itu merupakan upaya dini pencegahan terjadinya kanker serviks bagi kalangan ibu-ibu.

Berdasarkan laporan konsultasi WHO menyatakan bahwa IVA dapat mendeteksi tingkat luka pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96 persen dan spesifitas 64-98 persen.

Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan screening alternative dari pap smear yang praktis dan sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.

Pada pemeriksaan IVA itu pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melihat serviks yang telah diberi asam asetat 3-5 persen secara inspekulo.

Serviks yang diberi larutan asam asetat 5 persen akan merespon lebih cepat daripada larutan 3 persen.

Yang kemudian efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapat hasil atau gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia).netralnews

26 Mei 2017

Saat Kanker Serviks Ditandai dengan Keputihan Tak Berbau

Ibu tiga anak bernama Elly Mawati didiagnosis kanker serviks stadium 1B di bulan Mei 2016. Gejala yang dirasakan wanita 50 tahun ini yakni keputihan berkepanjangan tapi tidak berbau.

"Jadi keputihannya kayak pipis gitu. Kayak pas haid, deras, kan terasa ser-ser gitu ya. Nah ini kayak gitu, cuma cairannya bening dan nggak berbau. Sampai saya pakai softex," kata Elly. Lantas, apa kata dokter soal hal ini mengingat keputihan yang merupakan gejala kanker serviks umumnya berkepanjangan dan berbau?

dr Kartiwa Hadi Nuryanto SpOG(K)Onk dari Divisi Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo mengatakan kanker serviks yang dialami Elly merupakan stadium awal. Sehingga, bisa saja keputihannya tidak berbau. Lain halnya jika stadium kanker yang ditemukan makin lanjut, keputihan makin berbau bahkan bisa ditambah dengan keluhan pendarahan.

"Makanya seperti bu Elly ini beruntung, dia alami keputihan, langsung kontrol. Karena banyak juga perempuan alami keputihan banyak, mikir ini kenapa nih. Terus ke pasar beli daun sirih atau beli sabun sirih, selesai," kata dr Kartiwa ditemui usai Seminar Awam Kanker Serviks yang diselenggarakan CISC dan FISIP UI di Kampus Fisip Universitas Indonesia, Depok, baru-baru ini.

dr Kartiwa menambahkan, sebenarnya keputihan yang banyak juga merupakan keadaan yang tidak normal dan semestinya, wanita melakukan pengecekan ke dokter. Dikatakan dr Kartiwa, memang keputihan dalam bahasa kedokteran selama tidak berbau, tidak berubah warna, dan tidak menyebabkan rasa gatal, normal-normal saja.

"Tapi seorang wanita merasa tiap ada yang keluar itu dianggap keputihan. Saat terjadi keputihan langkah pertama yang dipikirkan ini karena kecapekan mungkin. Padahal kalau dianggap nggak normal mestinya diperiksakan," tutur dr Kartiwa.

Walaupun, memang bisa saja hal lain yang jadi penyebabnya. Misalnya gangguan hormon atau kelelahan. Namun, dengan melakukan pemeriksaan ke dokter, kata dr Kartiwa bisa dipastikan penyebab keputihan berkepanjangan tersebut, walaupun tidak berbau.

Ia juga mengingatkan, sebagai upaya deteksi dini kanker serviks, pap smear maupun IVA (Inspeksi Vagina dengan Asam Asetat) tidak dilakukan berdasarkan keluhan. Dengan kata lain, tanpa ada keluhan perlu melakukannya secara berkala.detik

Pendarahan Rahim, Risiko Terkena Kanker Serviks?

Terdapat bercak darah pada celana dalam merupakan salah satu hal yang sering dialami oleh setiap wanita.

Darah tersebut biasanya menandakan bahwa wanita tersebut sedang mengalami menstruasi.
Namun, apa yang terjadi apabila pendarahan tersebut keluar pada saat anda tidak mengalami datang bulan?

Anda pastinya akan berpikir pendarahan tersebut sebagai pertanda adanya kanker di dalam tubuh.

Akan tetapi, tidak semua pendarahan tersebut merupakan kanker. Meskipun begitu, pendarahan rahim tidak biasa diabaikan begitu saja karena dapat menyebabkan kondisi serius.

Sekilas Tentang Pendarahan
Pendarahan merupakan salah satu kondisi dimana seseorang kehilangan darah. Darah tersebut dapat dijumpai pada organ tubuh dan pembuluh darah.

Jika organ tubuh atau pun pembuluh darah mengalami kerusakan sehingga darah dapat mengalir bebas di dalam atau di luar tubuh.

Darah yang mengalir di dalam tubuh dinamakan sebagai pendarahan dalam, sedangkan darah mengalir melalui lubang pada kulit atau celah alami seperti vagina, hidung, rektum, telinga, atau mulut. Kondisi tersebut dinamakan sebagai pendarahan luar.

Pendarahan luar dan dalam dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti cedera atau penyakit. Pendarahan dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja.

Tubuh memiliki cara tersendiri untuk menghentikan pendarahan tersebut yang disebut dengan hemostasis.

Ketika ada darah yang mengalir dari pembuluh darah yang pecah, tubuh akan segera membekukan darah untuk menutup luka dan menghentikan aliran darah. sehingga tubuh akan melakukan proses penyembuhan.

Akan tetapi, tubuh yang terluka parah tubuh tidak akan mampu membekukan darah sehingga tubuh akan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan organ tubuh akan berhenti berfungsi pada akhirnya menyebabkan kematian.

Penyebab Pendarahan Pada Rahim
Menstruasi merupakan salah satu penyebab pendarahan pada rahim, namun jenis pendarahan tersebut terjadi secara alami dan sering terjadi di setiap bulannya.

Ketika wanita mengeluarkan darah dari lapisan rahim maka terjadilah menstruasi. Beberapa wanita mengalami pendarahan berlebih saat menstruasi maupun jelang menstruasi. Pendarahan berlebih dapat disebabkan oleh polip leher rahim atau masalah kesehatan lainnya.

Gejala Pendarahan Rahim
  • Terjadi pendarahan lebih sering (maksimal jarak antara pendarahan kurang dari 21 hari).
  • Pendarahan sangat banyak dan berlangsung selama lebih dari 7 hari tetapi sangat teratur.
  • Pendarahan muncul secara tidak teratur diantara siklus menstruasi. 
  • Terkadang penderitanya juga mengalami demam dan infeksi.tribunnews

19 Mei 2017

85 Persen Kanker Serviks Disebabkan Kontak Seksual

Di Indonesia, kasus kanker serviks tercatat menyerang 21 ribu wanita pada tahun 2014 silam. Mengerikannya lagi, menurut riset, kasus kanker serviks ini menyebabkan kematian pada 2 orang setiap jam.

Berbeda dengan kanker jenis lain, hampir bisa dipastikan, kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV. Penyebabnya yang paling tinggi yaitu pada tipe HPV nomor 16 dan 18.

"Dari 15 tipe HPV, risiko tinggi hanya pada tipe 16 dan 18. 70 persen kanker serviks disebabkan oleh tipe 16, sedangkan 10 persen disebabkan oleh tipe 18, serta 20 persen lagi oleh tipe lainnya," ujar spesialis Obgyn, dr. Andi Darma SpOG(K), saat memberi penjelasan bagi para dokter yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta Convention Center, Jumat 12 Mei 2017.

Virus HPV tersebut, lanjut Andi, sebagian besar didapatkan pada mereka yang aktif berhubungan seksual. "Sekitar 85 persen karena kontak seksual pada pasien, 15 persennya tidak karena seks. Sehingga, sangat jarang mereka yang berstatus 'nona' melakukan pap smear," jelas Andi.

Dia melanjutkan, perjalanan virus menjadi kanker serviks cukup panjang dan memakan waktu puluhan tahun. Maka, banyak yang tidak mengenali gejala lesi pra kanker serviks di tubuhnya hingga kanker benar-benar menyerang serviksnya.

"Padahal dengan screening seperti pap smear, lesi pra kanker bisa sembuh seratus persen. Kalau sudah kanker, tidak bisa bicara sembuh, karena 90 persennya diprediksi hidup 5 tahun mendatang dan kalau sudah fase terminal bisa hanya tiga bulan lagi," kata dia.viva

Cegah Kanker Serviks, Vaksin HPV Lebih Efektif Jika ...

Vaksin Human Papillomavirus sudah diteliti efektivitasnya dalam mencegah kanker, khususnya kanker serviks. Dengan dua kali dosis vaksin di  bawah usia 15 tahun, peneliti menemukan manfaatnya hingga masa dewasa kelak.

Dilansir dari laman Medical Daily, studi ini melibatkan 400 ribu anak perempuan yang diberikan vaksin HPV dalam dua kali dan tiga kali dosis. Peneliti menemukan tidak ada perbedaan dalam pemberian dosis vaksin HPV tersebut.

Peneliti meyakini, hal ini disebabkan oleh usia para partisipan yakni perempuan muda yang membuat dampak dari pemakaian vaksin menjadi tidak jauh berbeda. "CDC dan WHO secara umum merekomendasikan dua dosis utama untuk menghasilkan sistem imun yang baik. Hasil dari studi kami pun akhirnya menemukan bahwa dua dosis vaksin HPV sudah mampu mencegah kasus infeksi genital," ujar peneliti, Rebecca Perkins.

Sayangnya, vaksin HPV ini memang tidak memberi dampak begitu baik bagi wanita yang berusia di atas 15 tahun. Sebab, vaksin akan berfungsi lebih baik dan efektif pada sel yang masih berusia muda.

"Efektivitas vaksin yang diberikan pada wanita usia muda, akan lebih menjaga sistem imun tubuhnya hingga 50 tahun mendatang," ujar spesialis obgyn, dr. Andi Darma SpOG(K).

Menurut Andi, 85 persen kasus penyebaran HPV disebabkan oleh kontak seksual. Maka dari itu, papsmear bisa dilakukan sebagai langkah pencegahan bagi individu yang sudah aktif melakukan hubungan seksual.

"Papsmear digunakan bagi mereka yang sudah aktif berhubungan seksual. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada lesi prakanker akibat virus HPV, yang kemudian bisa dicegah sejak dini," kata dia.

Selain itu, cara lain yang bisa dilakukan untuk cegah penyebaran virus HPV yakni melalui pola hidup sehat. Pola hidup sehat yang mudah yaitu melalui TTM.

"Kampanye Ubah Hidup Lo dimulai dari TTM yang mencakup Tahan diri dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, selanjutnya Tetap setia dengan pasangan Anda, dan yang terakhir, Main aman atau selalu menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seksual berisiko," ujar Brand Manager Kondom Sutra, Daniel Tirta.viva

Tiap Satu Jam, 1 Perempuan Meninggal karena Kanker Serviks

Kanker serviks jadi satu-satunya kanker yang dapat menular dan merupakan penyakit paling mematikan nomor tiga di Indonesia.

Menurut data Globocan yang dirilis oleh WHO/ICO Information Centre on HPV and Cervical Cancer tahun 2012, dalam satu jam, minimal ada satu orang meninggal akibat kanker serviks. Diprediksi ada 58 kasus baru setiap harinya.

“Perempuan Indonesia saat ini sedang dalam situasi genting terkena kanker serviks," kata Prof Dr dr Andrijono, SpOG(K) selaku Ketua Umum Indonesian Working Group on HPV dalam peluncuran Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 26 April 2017 lalu.

Untuk itu, lanjut dia, pencegahan dan deteksi melalui skrining dan vaksinasi lebih baik dilakukan sejak dini daripada pengobatan. Lewat KICKS, Andrijono juga mengatakan, akan dilakukan serangkaian kegiatan untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengakselerasi program pencegahan kanker serviks, baik skrining nasional bagi perempuan yang sudah menikah dan vaksinasi HPV nasional bagi anak sekolah dasar.

Andrijono menambahkan, kegiatan vaksinasi HPV pada saat ini telah memasuki tahap demonstrasi yang diimplementasikan melalui kegiatan imunisasi bagi siswa perempuan kelas 5 Sekolah Dasar di Provinsi DKI Jakarta dan DI Yogyakarta tahun 2016 dan 2017, melalui program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).

"Dengan terbentuknya Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks, kami jajaran pendiri mengharapkan dapat melangkah bersama masyarakat dalam membebaskan Indonesia dari kanker serviks dan virus HPV serta meningkatkan rasa tanggung jawab bersama untuk menjaga kesehatan sendiri dan juga masyarakat luas,” ujarnya.viva

GPPK 1957 Gelar Seminar Kesehatan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks

Gerakan Persatuan Perempuan Kosgoro (GPPK) 1957 mengadakan seminar kesehatan di gedung DPR RI Jakarta.

Seminar diikuti oleh perwakilan perempuan Ormas Partai Golkar seperti Perempuan SOKSI, MKGR, Kowani, perwakilan perguruan tinggi yaitu dari Institut Bisnis dan Informatika (IBI) Kosgoro 1957, dan lain-lain.

Kegiatan dibuka oleh Ketua DPR RI Setya Novanto yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar.

Seminar  mengambil tema “Mengenal Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks dan Skin and Body Rejuvvenation – Perawatan untuk Kulit Sehat dan Awet Muda”.

Tampil sebagai pembicara Ketua GPPK 1957 Hj Nurlela Azhar, Risdawati (RSIA Tambak), dr Oni Khonsa SoOG, dan dr Indah Widyasari SpKKi.

Ketua Umum PPK Kosgoro 1957 HR Agung Laksono dalam sambutannya mengatakan ancaman dari serangan kanker serviks kian mengkhawatirkan menyusul tingginya angka kematian ibu di Indonesia yang diakibatkan tumor ganas pada leher rahim ini.

"Disayangkan, masih banyak perempuan, khususnya ibu-ibu ibu, kurang menyadari akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini sehingga penyakit mematikan ini mudah berkembang dan menyerang kaum perempuan," ujar Agung Laksono, Kamis (18/5/2017).

Data Balibang Kemenkes 2013 menyebut penyakit kanker serviks menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah kanker payudara.

"Karena itu kaum perempuan jangan meremehkan penyakit ini dan perlu rajin memeriksa ke dokter serta menerapkan gaya hidup sehat,” kata Agung Laksono.

Data Kemenkes menyebut jumlah penderita kanker serviks 3,5 juta orang dan sebanyak 50 juta perempuan beresiko mengidap. Sedangkan kematian yang disebabkan tumor ganas ini sekitar 20 orang per hari menyerang perempuan, khususnya ibu-ibu.

“Kondisi ini sangat memprihatinkan, apalagi di Indonesia perempuan merupakan ujung tombak dalam peningkatan kesehatan,” kata Ketua DPR 2004-2009 ini.

Agung berharap GPPK 1957 menjadi pendorong kesadaran perempuan untuk lebih berhati-hati dan meningkatkan deteksi dini. Caranya, dengan melakukan sosialisasi melalui media, turun ke bawah dan aktif menyuarakan pentingnya memeriksa kesehatan, misalnya di Puskesmas, klinik, atau dokter terdekat.

“Dengan deteksi dini kanker serviks, maka akan mengurangi resiko pengeluaran biaya tinggi, resiko kematian dan ancaman kurang produktivitas perempuan,” kata politisi bergelar dokter ini.

Sementara itu Ketua DPR Setya Novanto mengatakan, kegagalan Pemerintah Indonesia dalam memenuhi target Milenium Development Goals (MDGs) 2015 karena tidak mampu menekan angka kematian ibu (AKI), harus menjadi pelajaran berharga. Hal tersebut tidak boleh terulang pada Suintable Development Goals (SDGs) yang merupakan kelanjutan dari MDGs.

“Angka kematian Ibu masih tergolong tinggi, yaitu 359/100 ribu (359 kematian per 100 ribu kelahiran hidup). Angka ini jauh dari target yang ditetapkan MDGs pada 2015. Karena itu target SDGs pada tahun 2030 ke depan, yaitu 70/100 ribu kelahiran hidup agar bisa terpenuhi, salah satunya dengan menekan kematian ibu yang diakibatkan karena penyakit kanker, termasuk kanker serviks,” kata Novanto.tribunnews

14 Mei 2017

Deteksi Kanker Serviks Lewat Aroma Miss V

Kanker Serviks menjadi salah satu penyakit berbahaya. Tidak sedikit dari penderita kanker yang akhirnya meninggal. Kendati demikian, ada juga yang sanggup melawan dan selamat.

Penyakit ini kerap menyerang wanita dan kanker paling ganas di Indonesia. Kanker ini pun mudah dikenali dengan kasat mata. Pasalnya, kanker serviks berbeda dengan jenis kanker lain yang sulit dikenali secara kasat mata.

Ketua Himpunan Ongkologi Ginekologi Indonesia Prof Dr dr Andrijono Sp OG(K) mengatakan penderita kanker serviks bisa dikenali dengan bau pada bagian areanya. Sebab bau tersebut yang membuat sang penderita sedang medalami perawatan untuk kanker serviks.

"Kalau orang yang sudah terkena kanker serviks mudah dikenal dengan aroma pada bagian intimnya atau terletak pada bagian vagina. Soalnya aroma itu sangat menyengat dan itu membuat orang mengenal bahwa dia sedang menjalani perawatan  kanker serviks," kata Andrijono di Jakarta.

Sayang,  sekira 73,50% pasien kanker serviks yang berobat sudah memasuki stadium lanjut. Jika sudah berada di stadium lanjut, pasien kanker serviks sudah tidak bisa di operasi.

"Susah kalau sudah stadium empat ya, pengobatannya hanya disinar atau kemoterapi aja dan pasien juga jangan menyerah karena tingkat keinginan hidup yang lebih tinggi membuatnya bisa bertahan dengan lama,"  beber dia.sindonews

#testimoni KANKER SELAMA 8 TAHUN MENGERING

Saya mempunyai teman yang Ayahnya menderita kanker di sekitar tulang pipi dan kelopak mata sebelah kanan. Dan penyakit ini sudah diderita s...

Find Us on Facebook

Arsip Blog

Visitors