11 Maret 2016

Kanker Serviks, Pembunuh Wanita Indonesia Nomor 1

Pusat data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada akhir 2015 menyebut kanker serviks menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Petaka ini dimulai dari infeksi human papillomavirus (HPV) tipe 16 dan 18. Sementara data Organisasi Kesehatan dunia (WHO) tahun 2010 menyebut, kesadaran wanita Indonesia untuk mendeteksi dini kanker serviks masih di bawah 5 persen. Duh!
    
Kanker serviks disebabkan virus HPV. Tak semua HPV mendatangkan kanker serviks. Ada tipe jinak dan ganas. Yang ganas di antaranya tipe 16, 18, 31, 33, 52, dan 58. 

Gerombolan HPV ganas ini bisa menyebabkan kanker serviks, kanker anogenital (kanker anus dan genital), atau kanker orofaring (kanker tenggorok di belakang rongga mulut). Sementara tipe jinak di antaranya tipe HPV 6 dan 11. Jinak dalam arti jika seseorang terinfeksi, kecil kemungkinannya menjadi kanker. HPV tipe jinak memicu kondiloma (jengger ayam). Ada juga HPV yang menyerang kulit lalu menimbulkan kutil di tangan dan kaki.

Dr. Andriana Kumala Dewi, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan dari Bethsaida Hospital Tangerang mengatakan, “Butuh waktu lama dari kali pertama terinfeksi HPV sampai menjadi kanker. Saat seseorang terinfeksi, virus ini tidak langsung menjadi kanker. Biasanya, masih pada tahap lesi prakanker. Pada fase ini, tidak terlihat gejala sama sekali,” terang Andriana kepada Bintang.

Perubahan dari lesi prakanker menjadi kanker biasanya butuh 10-15 tahun. Jika sangat ganas, kurang dari 10 tahun. Selama itu, tak ada gejala spesifik. Untuk mendeteksinya, beberapa pemeriksaan disarankan. Yang paling terkenal, papsmear dan inspeksi visual asam asetat (IVA). Patut diingat, papsmear bukan untuk mendiagnosis kanker. 

“Kita mengecek kondisi mulut rahim. Kalau secara visual sudah sangat buruk dan berdarah (karena tumor) yang kita lakukan bukan lagi papsmear tapi biopsi. Biopsi adalah mengambil sedikit jaringan serviks lalu kita periksakan ke patologi anatomi (PA). Hasilnya dilihat melalui mikroskop. Misalnya, hasilnya beberapa sel pada mulut rahim berubah namun belum menjadi kanker. Namanya, neoplasia atau massa jaringan yang tumbuh abnormal,” Andriana menjelaskan.

Bagaimana jika kedapatan neoplasia? Tergantung tingkat keparahannya. Tingkat 3 yang terparah; kemungkinan menjadi kanker membesar hingga 20 persen. Jika masih tingkat 1 dokter menempuh tindakan kolposkopi yakni memeriksa secara detail lalu melakukan biopsi terarah (mengambil sebagian jaringan), memastikan itu sekadar neoplasia atau telah menjadi kanker. Kemudian diambil tindakan medis sesuai kesepakatan bersama.

Kembali ke HPV, virus ini menular lewat kontak seksual yakni genital dengan genital, oral dengan genital, anus dengan genital, dan manual dengan genital (tangan menyentuh kelamin). Ketika kita terinfeksi HPV, tidak semuanya menyebabkan kanker serviks. 

“Hanya 5 sampai 10 persen saja dari HPV tipe ganas yang berkembang menjadi lesi prakanker. Dan dari 5 sampai 10 persen itu, hanya 10 sampai 20 persen yang kemudian berubah jadi lesi kanker. Meski kecil, berbahaya. Ada yang terinfeksi, lalu seumur hidup terinfeksi terus. Sel-sel itu diam namun tidak menjadi kanker alias sel tidur. Atau HPV yang menjadi lesi prakanker dan seumur hidup hanya menjadi lesi prakanker saja,” beber Andriana.*tabloidbintang
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

#testimoni KANKER SELAMA 8 TAHUN MENGERING

Saya mempunyai teman yang Ayahnya menderita kanker di sekitar tulang pipi dan kelopak mata sebelah kanan. Dan penyakit ini sudah diderita s...

Find Us on Facebook

Arsip Blog

Visitors